Menyentuh Qur’an dengan (ketiadaan) air sembahyang itu
adalah haram. Maka Quran yang mana yang dimaksud haram sentuh itu. Apa Quran
yang tiga puluh juz ini (yaitu qur’an yang selama ini kita lihat) atau (Quran)
yang pada Lauhul Mahfudh, kalau dalam lauhul mahfudh tentu tidak bisa kita
sentuh karena jauh. Dan kalau Qur’an yang kita baca ini maka (dia) berhuruf dan
bersuara bukan kalam tuhan, karena kalam tuhan tidak berhuruf dan bersuara ?
JAWABAN
Yang haram disentuh itu adalah Qur’an yang 30 juz ini, yang ia (Qur’an yang
30 juz itu) adalah kalam Allah, artinya Kalam
Lafdhi, karena (sesuai dengan hadist riwayat) Sayidina Aisyah :
القرأن ما بين دفتي المصحف
Al-Qur’an itu (haram disentuh) diantara dua pinggiran mushaf
Jadi lafadz Qur’an itu Mustarak Syara’ (yaitu banyak
cabang hukum didalam syara, diantaranya sebagai berikut) :
## Maknanya
(adalah) Kalam Allah yang berdiri pada dzat-Nya dan yang itulah yang
tidak berhuruf dan tidak (ber)
suara
itu. Dan bukan ini yang dikehandaki dengan
لا يمسّه الاّ المطهرون
(Tidak
boleh menyentuh al-Qur’an melainkan orang—orang yang suci)
## Maknanya
(adalah) kalam lafdhi, menurut keterangan kitab Ghayatul Ushul dan
kitab Jam’ul jawami’, dan yang inilah yang dikehendaki dengan (dalil al-Qur’an) لا يمسّه الاّ المطهرون itu. Adapun (huruf)
لا pada ayat itu (adalah bentuk arti dari) Nafi dengan
makna Nahyi (yang) artinya terjemahnya (adalah) “tiada”-“maksud”-“jangan”,
(maka) inilah maksud orang (dengan sebutan) Ma’ani Khabariyah
Lafdhan-Insyaiyyah Makna dan (hal) inilah yang dimaksud oleh (ulama) fuqaha
(yaitu) Khabar dengan makna Nahyi.
Jadi yang murad
(atau yang di-maksud) disentuh disini ialah Mushaf al-Qur’an bukan lafadz
al-Qur’an karena lafadz al-Qur’an tak dapat disentuh (karena tidak bersuci).
Nasnya didalam kitab Syarqawi, juzu’ pertamanomor 85 :
(قوله بمسّ و حمله ما هو
فيه) اشار بذالك الى دفع ما يقال ان القرأن يطلق على اللفظ المنزل على سيدنا محمّد
صلى الله عليه و سلم لاعجاز المتعبّد بتلاوته المتحدى بأقصر سورة منه و على الصفة
القديمة القائمة بذاته تعلى و كل منها لا يمس و حاصل الدفع ان مسه بتحقق بمسّ
اللوح او المصحف الذى هو اى القرأن بمعنى اللفظ او الصفة فيه و لا بدّ من تقدير فى
عبارته لان المستقرفى اللوح او المصحف هو النقوش لا اللفظ ولا الصفة القديمة و
التقدير ما اى مصحف مثلا هو اى داله وهو النفوش فيه اى فى ما ولا شك ان النفوش
دالة على الالفاظ هذا ان اريد بالقرآن و اما ان اريد الصفة القديمة فالمعنى ما هو
اي دال مدلولة فيه لان النقوش دالة على الفظ والالفاظ دالة على المعانى المدلولة
للصفة القديمة ايضا لان الكتابة تدل على العبارة و هي تدل على ما فى الذهن وهو على
ما فى الخرج فكل شئ له وجودات اربع وجود فى البنا بالكتابة و وجود فى اللسان
بالنطق و وجود فى الاذهان بالتصور و وجود فى العيان بالمشاهدة اهـ .
Telah di Syarahkan (dijelaskan) Perkataan
Musannif bahwasanya dengan menyentuh dan membawa al-Qur’an dan
sesuatu yang terdapat didalamnya adalah dilarang karena sesungguhnya
al-Qur’adalah lafadz mutlak yang (lafadznya itu) diturunkan kepada
pemimpin kita Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat bagi orang yang membacanya
yang suratnya dimudahkan menjadi satu al-Qur’an dan al-Qur’an itu terdapat sifat Dzat Allah yang Qadim yang
bediri sendiri. Disetiap
sesuatu hal yang terdapat didalamnya (baik isi ayat al-qur’an, sampul dll)
tidak boleh disentuh (tanpa air wudu). Sesungguhnya orang yang menyentuh
al-Qur’an itu adalah sama dengan menyentuh Lauhil Mahfudh ataupun mushaf yang
dari mushaf itu adalah Al-Qur’an dengan arti penyentuhan lafadz atau sifatnya
(seperti sampul, tali, roslating al-Qur’an dll) maka tidak boleh disentuh.
Sumber :
Kitab Al-Fatawa Abuya Muda Waly Al-Khalidy
0 komentar:
Posting Komentar